Find us on Google Plus

header ads

Persaingan Film Animasi Makin Keras?

PERKEMBANGAN teknologi dalam pembuatan film animasi 3D dan visual efek pada film telah membawa kita pada tahun-tahun penuh keajaiban belakangan ini. Mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya sebuah adegan manusia bercengkrama dengan aneka macam mahluk buas terlihat sangat realistik walaupun sebetulnya binatang-binatang tersebut hanyalah hasil rekayasa Computer Graphic Imagery. Atau drama tentang seorang anak yang berwajah seperti orang tua dan berbalik menjadi  semakin muda saat umurnya makin bertambah, hal tersebut tak mungkin bisa terealisasi kalau hanya  mengandalkan make-up, dan ternyata lebih dimungkinkan dengan visual efek.


Turbo
Tak jauh berbeda halnya dengan visual efek, film full 3D pun mencapai perkembangan yang sangat pesat, baik dari sisi perangkat, jumlah SDM dan bahkan jumlah produksi. Ketika di satu sisi hal tersebut merupakan hal yang menggembirakan, tapi tak ayal menyimpan sisi pahit juga bagi industri film animasi 3D tersebut.

Diperkirakan sudah sekitar 75 film animasi 3D yang sudah dirilis sejak tahun 2008, dan pada tahun 2013 sendiri diperkirakan ada 11 film yang sudah dan akan beredar. Belum lagi sekitar 13 judul yang direncanakan untuk tayang di tahun 2014.

Membanjirnya film animasi bisa dibilang dimulai ketika pada era 1990-an saat film 'Lion King' dari Disney mencapai sukses besar yang membuat distributor lain tertarik masuk ke lahan yang sama. Di antara distributor-distributor Hollywood tersebut memang konsisten bisa menciptakan film animasi yang bisa sukses di pasaran, sementara beberapa distributor lainnya gagal.

Sebut saja misalnya Universal Studio yang merilis 'Despicable Me 2' dengan biaya produksi 76 juta USD, sukses meraup 750 juta USD. Sedangkan Disney bersama Pixar sukses dengan 'Monster  University' yang telah mencapai penjualan tiket senilai 658 juta USD sejak dirilis bulan Juni 2013.

Hal berbeda justru dialami DreamWorks Animation, yang ternyata tidak mendapatkan sukses seperti yang mereka harapkan dengan film 'Turbo'. Film tersebut beredar hanya dua minggu berselang diputarnya 'Despicable Me 2'. 'Turbo' meraup 21.3 juta USD pada pembukaan akhir minggu, kurang dari separuh yang didapat oleh 'Croods'. Lima bulan sebelumnya DreamWorks berhasil meraih 87 juta USD untuk film mereka yang berjudul 'Rise of the Guardians" yang tayang di saat liburan akhir
tahun.

"Kami masuk ke pusaran badai dimana terlalu banyak film pada saat yang bersamaan," Jeffrey Katzenberg, Chief Executive 'Turbo' menjelaskan. Namun Jeffrey masih tetap berharap film Turbo tetap akan mendatangkan keuntungan dari penjulan tiket bioskop dari seluruh dunia. Belajar dari kesalahan ini, untuk film berikutnya akan dipikirkan betul masa rilisnya agar tidak berbarengan dengan film-film lain yang menjadi kompetitornya.

Produsen film ternama seperti DreamWorks, Disney dan Pixar memang telah mendominasi industri film animasi dunia. Tapi nama-nama besar lainnya menempel ketat ketiga pemain tadi untuk memperebutkan lahan yang sama. Sony, Paramount, Universal dan 20th Centaury Fox, masing-masing memiliki divisi animasi yang tengah menggarap beberapa film berikutnya.

Selain itu Warner Bros. pun telah mengumumkan bahwa mereka akan terjun kembali ke bisnis animasi dan telah menyiapkan film layar lebarnya untuk tahun 2014 dengan latar belakang cerita tentang mainan yang banyak disukai orang, Lego. Sedangkan film Disney terakhir berjudul 'Planes' telah disiapkan pula sequelnya.

Belum lagi yang dari luar Hollywood. Perkembangan industri animasi juga mulai merambah di Eropa dan Asia. "Justin and the Knights of Valour" dari Spanyol, "Rio 2096: A Story of Love and Fury" dari Brazil, "Space Pirate Captain Harlock" dari Jepang, "Delhi Safari" dari India, adalah beberapa contoh judul animasi dari luar Amerika.

Banyaknya produksi film animasi yang beredar tentunya memberi banyak pilihan pada kita sebagai penikmatnya. Kualitas teknik, cerita yang menarik, promosi serta waktu tayang yang tepat bisa menjadi kunci sukses atau tidaknya film tersebut di pasaran. ***

Artikel oleh: Fitra Sunandar
Diolah dari berbagai sumber
(Dilarang menyadur/mengutip/mempublikasi ulang tanpa mencantumkan sumber dan nama penulis)

Post a Comment

0 Comments